MAKALAH AKUNTANSI INTERNASIONAL UNTUK PERUBAHAN HARGA DAN INFLASI
Nama : Syifa Fauziah
NPM : 28213765
Kelas : 4EB28
Mata Kuliah : Akuntansi Internasional
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
2017
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dalam perkembangan ekonomi saat ini
telah timbul berbagai macam adanya inflasi dalam perubahan harga, Inflasi dapat
didefinisikan sangat sederhana sebagai kenaikan tingkat harga rata-rata untuk
barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Banyak dari kita sangat menyadari
fenomena ini. Inflasi merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di negara
berkembang, namun kecenderungan yang ada di negara maju mengadopsi “akuntansi
inflasi” untuk memperbaiki penyimpanan dari convensional
historical cost accounting yang memasukkan unsur perubahan harga dan
inflasi pada pendapatan dan asset. Perubahan harga menimbulkan masalah bagi
akuntansi dalam hal penilaian, unit pengukur, dan pemertahanan kapital. Masalah
penilaian berkaitan dengan dasar yang harus digunakan untuk mengukur nilai pos
pada suatu saat. Masalah unit pengukur berkaitan dengan perubahan daya beli
akibat perubahan tingkat harga umum. Masalah pemertahanan capital berkaitan
dengan pengertian laba sebagai selisih dua kapital yang harus ditentukan
jenisnya; financial atau fisis.
Akuntansi bagi perubahan harga
secara khusus berhubungan erat dengan manajer-manajer perusahaan multinasional
karena tingkat inflasi bervariasi secara substansial antara suatu negara dengan
negara lainnya, sehingga meningkatkan kemungkinan dipengaruhinya pelaporan
hasil-hasil operasi oleh efek-efek distorstif dari inflasi. Pengaruh inflasi
terhadap posisi keuangan dan kinerja perusahaan dapat mengakibatkan tidak
efisiennya keputusan operasional yang dibuat oleh manajer yang tidak mengerti
pengaruh dari inflasi itu sendiri. Dalam kaitannya dengan posisi keuangan,
aktiva keuangan seperti nilai kas akan berkurang nilainya selama inflasi karena
menurunnya daya beli. Konsekuensi-konsekuensi internasional dari inflasi global
sangat mengganggu. Karena inflasi telah mengikis standar kehidupan sekarang ini
yang memiliki penghasilan dan memperumit pengambilan keputusan bisnis secar signifikan, terjadinya
kegelisahan politik sosial yang luas, tekanan-tekanan ekonomis tidak di ragukan
lagi tidak menyebabkan pergolakan-pergolakan politik yang telah memberi warna
pada politik global dalam kemajuan saat ini.
PEMBAHASAN
DEFINISI PERUBAHAN HARGA
Untuk
memahami makna istilah perubahan harga (changing prices), kita harus membedakan
antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya
termasuk ke dalam perubahan harga. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila
secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami
perubahan. Unit-unit moneter memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian daya
beli. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut sebagai inflasi (inflation), sedangkan
penurunan harga disebut sebagai deflasi (deflation). Sedangkan, perubahan harga
spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang
disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran. Tingkat harga yang
stabil menjadi prioritas nasional bagi banyak negara di dunia. Meskipun
perubahan harga terjadi diseluruh dunia, pengaruh terhadap pelaporan bisnis dan
keuangan berbeda-beda dari satu negara ke negara lain.
DEFINISI INFLASI
Dalam
ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi
barang. Ekspektasi kenaikan harga ini antara lain bisa disebabkan adanya
kekhawatiran konsumen terhadap kenaikan tarif-tarif komoditas yang dikendalikan
pemerintah, seperti BBM, listrik, serta ketidaklancaran distribusi barang
dan/atau berkurangnya ketersediaan barang atau jasa sebagai akibat mahalnya
biaya transportasi atau miniminya infratstruktur yang memadai.
Laju
inflasi lokal dapat mempengaruhi kurs valuta asing yang digunakan untuk mentranslasikan
saldo-saldo dalam mata uang asing ke dalam nilai ekuivalen dalam mata uang
domestik. Sangat sulit untuk memisahkan translasi mata uang asing dan inflasi, apabila
dalam konteks akuntansi untuk operasi luar negeri.
PENYEBAB TERJADINYA INFLASI
Inflasi
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu :
- Tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar); dan
- Desakan atau tekanan produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi).
Inflasi
tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan
total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di
pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat
harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan
permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan
terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap
faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi,
inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya
lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan.
Membanjirnya
likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama
tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan
suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor
industri keuangan.
Inflasi
desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi
dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara
umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya
ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia
dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan
berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi
nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala
distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai
hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dan
lain-lain), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi
tersebut, aksi spekulasi (penimbunan), dan lain-lain, sehingga memicu kelangkaan
produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi
pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan
yang sangat penting.
PENGGOLONGAN INFLASI
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan
inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri
misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan
makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi
yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi
akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif
impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan
besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi
hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut
inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada
semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka
(Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga
setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat
menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi
yang tidak terkendali (Hiperinflasi). Berdasarkan keparahannya inflasi juga
dapat dibedakan :
- Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
- Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
- Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
- Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)
Selama
periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya
jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang
dinyatakan lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba
yang dinilai lebih tinggi. Dari sudut pandang manajemen, ketidak akuratan
pengukuran tersebut mendistorsi :
- Proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis;
- Anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja; dan
- Data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan.
- Kenaikan dalam proporsi pajak;
- Permintaan dividen lebih banyak dari pemegang saham;
- Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari para pekerja; dan
- Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar).
Dan
jika perusahaan telah mendistribusikan labanya maka besar kemungkinan
perusahaan tidak dapat melakukan penggantian aktiva tertentu yang mengalami
kenaikan harga karena kekurangan sumber daya. Penyajian laporan keuangan yang
tidak disesuaikan dengan kemampuan daya beli ini juga akan mempengaruhi pembaca
laporan dalam menginterprestasikan dan membandingkan kinerja oprerasi
perusahaan. Jika pendapatan dicatat sesuai dengan nilai daya beli kini
sedangkan biaya dicatat sebesar daya beli historis akan membuat pengukuran laba
yang tidak akurat. Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan
dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (atau ekuivalennya)
selama periode inflasi. Pengakuan pengaruh inflasi secara eksplisit perlu
dilakukan karena:
- Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan. Para pengguna tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor ini.
- Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pamahaman yang akurat atas masalah tersebut. Pemahaman yang akurat memerlukan kinerja usaha yang dilaporkan dalam kondisi-kondisi yang memperhitungkan pengaruh perubahan harga.
- Laporan dari para manager mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.
JENIS PENYESUAIAN INFLASI
Setiap
jenis perubahan harga memiliki pengarh yang berbeda terhadap ukuran-ukuran
posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh
adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk pengaruh laporan
keuangan atas perubahan tingkat harga umum disebut sebagai model daya beli
konstan biayaa historis. Sedangkan akuntansi untuk perubahan harga khusus
disebut sebagai model biaya kini.
Adapun
jenis dari penyesuaian inflasi ada dua, yakni :
- Penyesuaian Tingkat Harga Umum, yaitu jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum (daya beli) disebut sebagai mata uang konstan biaya histories atau ekuivalen daya beli umum.
- Penyesuaian biaya kini, yaitu pertama, aktiva dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan biaya historis. Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa memperhitungkan kompenen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau modal fisik perusahaan.
SUDUT PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP
AKUNTANSI INFLASI
Beberapa
negara telah mencoba metode akuntansi inflasi yang berbeda-beda. Praktik aktual
juga mencerminkan pertimbangan pragmatis seperti parahnya laju inflasi nasional
dan pandangan pihak-pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh angka-angka
akuntansi inflasi.
1. Amerika Serikat
Pada
tahun 1970, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement
of Financial Accounting Standards-SFAS) No. 33 Berjudul ”Pelaporan Keuangan dan
Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang
memiliki persediaan dan aktiva tetap yang bernilai lebih dari $125 juta atau
total aktiva lebih dari $1 miliar,untuk selama lima tahun mencoba melakukan
pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan daya beli konstan biaya kini.
FASB
menerbitkan panduan (SFAS 89) untuk membantu perusahaan yang melaporkan
pengaruh pernyataan atas harga yang berubah. Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapkan
informasi berikut untuk 5 tahun terakhir :
- Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya;
- Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini;
- Keuntungan atau kerugian daya beli (moneter) atas pos-pos moneter bersih;
- Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan (jumlah kas bersih yang diperkirakan akan dapat dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan) yang lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inflasi (perubahan tingkat harga umum);
- Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biya kini, yang timbul dari proses konsolidasi;
- Aktiva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini;
- Laba per saham (dari operasi berjalan) menurut dasar biaya kini;
- Dividen per saham biasa;
- Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa; dan
- Tingkat Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index-CPI) yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan. Untuk meningkatkan daya banding data tersebut,informasi dapat disajikan dalam ekuivalen daya beli rata-rata (atau akhir tahun), atau Dollar periode dasar (1967) yang digunakan dalam menghitung CPI.
2. Inggris
Komite
Standar Akuntansi Inggris (Accounting Standard Commitee-ASC) menerbitkan Pernyataan
Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standards Accounting Practice- SSAP
16), ”Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980.
SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal. Laporan
biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta
catatan penjelasan. Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :
- Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis;
- Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini; dan
- Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.
Dalam
perlakuan keuntungan dan kerugian terkait dengan pos-pos moneter SSAP 16 mengharuskan
dua angka, yang keduanya mencerminkan pengaruh perubahan harga spesifik, yaitu
:
- Penyesuaian modal kerja moneter (Monetary Working Capital Adjustment-MWCA), mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam operasainya; dan
- Mekanisme penyesuaian, memungkinkan pengaruh perubahan harga spesifik terhadap aktiva non moneter perusahaan (seperti depresiasi, harga pokok penjualan, dan modal kerja moneter). Mekanisme penyesuaian mengakui bahwa laporan laba rugi tidak memerlukan biaya penggantian tambahan aktiva operasi sejauh aktiva tersebut didanai melalui utang.
3. Brasil
Akuntansi
inflasi yang direkomendasikan di Brasil mencerminkan dua kelompok pilihan pelaporan,
yaitu :
1. Hukum
Perusahaan Brasil
Menyajikan
ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan
indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang
local.
2. Komisi
Pengawas Pasar Modal Brasil
Mewajibkan
metode akuntansi untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di depan
publik harus mengukur ulang seluruh transaksi yang terjadi dalam suatu periode
dengan menggunakan mata uang fungsionalnya. Pada akhir periode, indeks tingkat
harga umum yang berlaku mengubah unit daya beli umum menjadi unit mata uang
lokal nominal. Juga :
- Persediaan dikategorikan sebagai aktiva non moneter dan diukur ulang dengan menggunakan mata uang fungsional;
- Pos-pos moneter yang tidak dikenakan bunga dengan masa jatuh tempo yang melebihi 90 hari didiskontokan menjadi nilai kini untuk mengalokasikan keuntungan dan kerugian inflasi yang terjadi ke dalam periode akuntansi yang memadai; dan
- Penyesuaian neraca direklasifikasikan juga ke dalam pos-pos terkait dalam laporan laba rugi.
4. Belanda
Di
Belanda, orang-orang telah mengetahui akuntansi nilai sekarang sejak lama.
Pendidikan yang ekstensif bagi para akuntan dalam ekonomi bisnis menghasilkan
filosofi akuntansi yang difokuskan dengan nilai dan biaya sekarang dan dengan
prinsip dan praktek ekonomi bisnis. Walaupun tidak diperlukan persyaratan untuk
menggunakan akuntansi nilai sekarang, sebagai informasi utama atau tambahan,
terdapat beberapa faktor pendukung untuk memakainya. Alasan digunakannya
akuntansi nilai sekarang (Melibatkan teori Professor Theodore Limperg, yang sering
disebut sebagai Bapak teori nilai ganti karena dari hasil kerjanya di Belanda
tahun 1920 dan 1930). Beliau memfokuskan diri pada hubungan yang kuat antara
ekonomi dan akuntansi dan percaya bahwa pendapatan tidak bisa dicari tanpa
memelihara sumber pendapatan bisnis dari pertimbangan yang dilakukan.
Belanda
belajar dari pengalaman pada perusahaan multinasional besar yaitu Philips, yang
merupakan pelopor laporan keuangan nilai sekarang. Faktanya, Philips pertama
kali menggunakan pendekatan ini tahun 1936 untuk tujuan akuntansi biaya
internal dan memperkenalkannya tahun 1952 ke dalam laporan utama untuk tujuan
pelaporan keuangan. Namun pada tahun 1992, perusahaan memutuskan untuk kembali
pada akuntansi biaya historis yang akan memperbaiki komunikasi para pemegang
saham dan lebih dekat dengan praktek akuntansi internasional.
Nilai
sekarang ditentukan oleh departemen penjualan untuk aktiva tetap (baik tersendiri
atau dalam kelompok sejenis), oleh departemen produksi untuk sejumlah peralatan
desain khusus, dan oleh desain bangunan dan gedung departemen produksi untuk bangunan.
Pada kasus persediaan, indeks biasanya digunakan untuk memperbaharui nilai
sekarang dari kelompok aktiva sejenis. Penambahan (atau pengurangan) dalam
nilai persediaan dan aktiva tetap untuk perubahan harga tertentu dikredit
(didebit) ke akun surplus revaluasi pada neraca dibandingkan ke laporan laba rugi.
Akibat perubahan nilai sekarang ini ditunjukkan dalam laporan laba rugi sebagai
harga pokok penjualan yang lebih tinggi atau lebih rendah (sebagai hasil
penambahan atau pengurangan dalam harga persediaan) dan biaya depresiasi yang
lebih tinggi atau lebih rendah.
ISU-ISU MENGENAI INFLASI
Terdapat
empat isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu. Keempat isu itu adalah:
- Apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi;
- Perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi;
- Akuntasi inflasi luar negeri; dan
- Menghindari fenomena kejatuhan ganda
PROSPEK PERKEMBANGAN AKUNTANSI UNTUK
PERUBAHAN HARGA DAN INFLASI
Signifikansi
keberadaan tingkat inflasi dan perubahan harga di beberapa Negara mengesankan bahwa
kebutuhan dan penggunaan sistem akuntansi inflasi tampaknya menyisakan sejumlah
kontroversi dalam pendugaan masa depan.
Meskipun
akuntansi daya beli umum telah digunakan di beberapa negara Amerika Latin yang
berinflasi tinggi, tidak ada contoh standar akuntansi biaya sekarang atau
regulasi di Inggris dan Amerika Serikat pada tingkat nasional yang menyelamatkan
kemusnahan penelitian akuntansi inflasi pada tahun 1980-an. Namun beberapa perusahaan
Eropa membuat pengungkapan nilai sekarang secara sukarela. Kontroversi, hal ini
masih meliputi banyak aspek akuntansi nilai sekarang, khususnya dengan
perubahan perlengkapan dan pemeliharaan keuntungan dan kerugian pos–pos moneter.
Masalah lainnya termasuk penggunaan indeks, khususnya tambahan dari luar negeri
dan verifikasi nilai sekarang perusahaan industri yang mengalami perubahan teknologi
dengan cepat.
Pemberian perhatian baru-baru ini pada
akuntansi nilai sekarang atau nilai wajar, diharapkan akan menjadi sejumlah
percobaan masa depan dengan berbagai jenis perubahan sistem akuntansi harga.
Selain itu, mungkin juga menjadi pertumbuhan apresiasi keadaan dimana pendekatan
alternatif mungkin atau tidak mungkin atau berguna dalam mengukurlaba dan asset.
Kegunaan dari harga jual atau harga keluar dalam konteks perubahan harga,
terutama dengan memperhatikan nilai properti atau investasi, juga akan diapresiasikan
dengan lebih baik. Selain itu, menjadi tanggung jawab untuk menggunakan sumberinformasi
relevan lainnya seperti arus kas.
PENUTUP
KESIMPULAN
Inflasi merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di negara
berkembang, namun kecenderungan yang ada di negara maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk
memperbaiki penyimpangan dari convensional historical cost accounting
yang memasukkan unsur perubahan harga dan inflasi pada pendapatan dan asset. Perubahan harga menimbulkan masalah
bagi akuntansi dalam hal penilaian, unit pengukur, dan pemertahanan kapital.
Konsekuensi-konsekuensi internasional dari inflasi global sangat mengganggu.
Karena inflasi telah mengikis standar kehidupan sekarang ini yang memiliki
penghasilan dan memperumit pengambilan keputusan bisnis secar signifikan, terjadinya
kegelisahan politik sosial yang luas, tekanan-tekanan ekonomis tidak di ragukan
lagi tidak menyebabkan pergolakan-pergolakan politik yang telah memberi warna
pada politik global dalam kemajuan saat ini. Pemerintah-pemerintah di seluruh
dunia telah mencoba berbagai cara yang potensial untuk menanggulangi inflasi.
Diantaranya adalah kebijakan moneter dan fiskal yang restriktif, peraturan-peraturan
yang ditujukan untuk mengendalikan upah dan harga-harga, dan
aktivitas-aktivitas pengaturan lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Choi,
Frederick D.S and Gary K. Meek. 2010. International Accounting. Buku 1.Salemba
Empat. Jakarta.